GARA-GARA HUTANG
Karena merasa kesal dengan
istrinya yang kerap kali komplen atas dirinya itu, yang sampai saat ini masih
saja belum memiliki pekerjaan tetap. Karjo yang hendak melahap makan siang yang
tersedia di atas meja itu menjadi tak berselera. Ia kemudian beranjak pergi
meninggalkan istrinya yang masih saja mengomel seperti radio rusak itu. Karjo
berinisiatif untuk makan siang saja di sebuah warteg tidak jauh dari rumahnya
itu. Sekalipun ia agak ragu pada mpok ija si pemilik warung, apakah ia masih
akan tetap diijinkan ngutang makan siang di tempatnya itu atau tidak.
“ Siang mpok ?!!!” Ucap
Karjo basa-basi ketika tiba di warteg,
“ Ngutang lagi yah mas
???” Tebak mpok ija
“ iya mpok, seperti biasa” Ucapnya sedikit ragu, takut kalau mpok
ija menyemprotnya.
“ aduh mas,,, Kok ngutang
lagi??? Kalau mas ini ngutang melulu, terus bayarnya kapan. Saya bisa bangkrut.
Lagipula hutang situ udah numpuk satu
bulan.” Jelas mpok ija pada dirinya. Ia memang selalu makan di tempat mpok
ija selama satu bulan terakhir sejak ia di PHK oleh sebuah perusahhan sepatu,
yang menjadi bangkrut karena direkturnya ketahuan melakukan manipulasi laporan
keuangan perusahaan tersebut. Dan sampai sekarang ia masih belum mendapatkan
pekerjaan. Dan hal itu pula yang membuatnya tersiksa , akibat kehilangan
pekerjaan ia menjadi bulan-bulanan istrinya, menjadi bahan omelan istri yang
sudah dinikahinya sejak 5 tahun lalu itu, sehingga ia terpaksa sering-sering
makan di warteg milik mpok ija.
“Pokoknya tidak bisa,
kalau hari ini mas tidak bisa bayar hutang. Tidak ada makanan buat situ” Karjo
makin bingung, di rumah ia dapat semprot, diwarung ia ditagih-tagih, tapi
daripada ia tidak dapat makan, ia mengiyakan
saja untuk bayar hutang. Meskipun sebetulnyla ia tahu pasti bahwa saat itu ia
tak punya uang sepeserpun.
“ Ya sudah kalau gitu,
nanti saya bayar deh mpok, tapi saya makan dulu.”
Setelah terjadi
perdebatan hutang beberapa menit, karjopun melahap makanannya. Ya meskipun
harus ngutang lagi, paling tidak ia bisa
makan dengan agak sedikit tenang. Ketimbang makan dirumahnya yang lebih
sering makan hati.
Usai makan, karjo melirik ke kiri kekanan
kemudian mengendap-ngendap. Ia bermaksud untuk kabur dari mpok ija. Ia tidak bermaksud
untuk menipu mpok ija, tapi ia Cuma betul-betul tak punya uang.
“pukk!!!” Seseorang menepuk bahunya. “ Nah
ketahuan kan situ mau kabur” ucap mpok ija.
“ bayar hutang dulu baru
situ boleh pulang.”
“ Iya,, iya” Karjo
kelabakan,kemudian ia menarik dompet dari saku celananya dan membukanya
lebar-lebar dihadapan mpok ija. Tidak ada selembar uangpun yang bertengger
disana, sekalipun uang koin. Hanya KTP usang yang terpajang di bagian depan,
sepertinya sebuah KTP yang tak berlaku lagi, dan sebuah kartu nama elit di
samping KTPnya itu. Jelas bukan milik Karjo, ia tak akan mampu untuk memiliki
kartu nama sekeren itu. Entah siapa pemilik KTP itu.
“ Lho… Kok dompet situ
kosong???” Mpok ija heran.
“ Saya kan sudah bilang
kalau saya ni lagi tidak punya uang. Jadi saya Cuma bisa ngutang dulu,
nanti juga kalau saya punya uang akan saya bayar kok mpok. Percaya sama
saya.” Ucap Karjo mengharap.
Dengan berat hati mpok
ija memberika kesempatan pada karjo
karena merasa kasihan, lagipula ia tau
banget kehidupan keluarga karjo. “ Ya sudah kalau gitu, situ boleh ngutang
lagi, tapi situ harus janji harus ngelunasin semua hutangnya nanti kalau sudah
punya uang.”
“ Iya saya janji mpok”
Ucap karjo senang, kemudian beranjak dari tempat itu.
“ Bu.. Bu.. “ panggil
karjo setibanya dirumah.
“ Kenapa panggil-panggil”
Istrinya jutek
“ tolong bikini kopi dong
bu!”
“ Gak ada kopi-kopian.
Dengar yah mas, semua makanan di dapur sudah pada habis. Tidak beras, kopi,
gula tidak semuanya sudah pada habis. Kita mau makan apa mas” Omel istrinya
lagi tak putus-putusnya.
“ Iya sabar bu, ! ini
juga lagi mikir gimana caranya cari kerja. Sekarang cari kerja itu susah bu.”
“ Makanya usaha dong pak, jangan Cuma mikir
terus.Tiap hari kok kerjanya Cuma mikir, terus usahanya kapan? Kita itu hidup
untuk cari makan mas, bukan buat mikir. Mikir itu gak buat kita bertahan hidup
mas. Mikir dong! Kalau gini terus, rasanya aku jadi nyesel nikah sama mas.
Mending aku nikah aja sama mas arya anak anggota dewan itu, yang datang
bersamaan waktu mas melamar saya, mungkin hidupku tidak semenderita ini.
Bukannya nerima mas yang hanya bermodalkan cinta aja yang ujung-ujungnya
melarat seperti ini.” Sindir istrinya.
“ Tapi ibukan tahu
sendiri kalau wakti itu, semua orang juga tahu kalau orang tua arya itu kaya karena
hasil korupsi. Itukan haram bu’”
“ Alah mas hari gini cari
uang haram aja sudah susah, apalagi uang
halal udah susah sedikit lagi.
“ Udag deh bu, saya malas
berdebat dengan ibu. Saya capek dengar ibu ngomel terus, bisa-bisa kuping saya
ikut lari gara-gara tidak tahan dengan omelan ibu itu.” Ucap karjo menuju
tempat tidur untuk istirahat. Diatas
kasur lusuh yang sangat jauh dari empuk itu ia merebahkan tubuh mungilnya itu
dengan rileks, sembari memikirkan jalan keluar kehidupan keluarganya yang penat
itu.
Ketika matanya hamper
tertutup, dan sekejap penat itu hampri hilang, tiba-tiba suara ketukan pintu
dari luar membuyarkan semuanya.
“ Tok… tok.. tok!!’
Permisi… permisi..” Terdengar suara teriakan di luar pintu.
“ Siapa yah siang-siang
begini???” Umpat karjo dalam hati, kemudian ia segera berhambur dari tempat
tidur menuju ruang tamu.
“ siapa bu’ ?” Tanya
karjo pada istrinya, tapi istrinya hanya mengangkat bahu tanda tidak tahu.
Tanpa menunngu lama karjopun membuka pintu.
“ Cari siapa yah mas?
Tanya ya heran ketika melihat dua orang pria berdiri tegap di depan pintunya.
“ Maaf, dengan Bapak
karjo???” Tanya salah satu pria itu.
“ iya saya sendiri, ada
apa yah bapak-bapak?” karjo masih bingung
“ Boleh kami masuk!?”
“ Oh sampai lupa, mari
masuk pak. Maaf yah rumahnya seperti
ini.” Karjo mempersilahkan kedua tamunya kedalam rumah. Disebuah ruangan kecil
yang berhubungan langsung dengan ruang makan dan dapur itu, ia mempersilahkan
tamunya duduk di sebuah kursi rotan yang sudah tua. “ Bu… ibu.. Bikin minum
buat tamu kita” Panggil karjo pada istrinya.
“ Ngomong-ngomong ada apa
yah bapak-bapak datang di rumah kami?”
“ Begini Pak karjo,
maksud kedatanagn kami kemari ini untuk mengajak bapak bergabung dalam
keanggotaan legislative untuk wilayah ini.” Jelas salah satu pria itu
“ Lho kok bisa? Saya inikan cuma lulusan SMP bapak-bapak. Mana
mungkin saya bisa menjabat sebagai anggota legislative?”
“ Iya, kami juga paham
maksud pak Karjo. Tapi itu sudah menjadi keputusan dari atasan kami. Menyatakan
bahwa, yang berhak menjadi anggota legislative adalah orang paling miskin di
desa ini. Kami telah melakukan survey dan anda termasuk keluarga yang cukup
miskin.” Ucap yang satunya lagi.
“ bagaimana pak, apakah anda bersedia?”
Karjo jadi bingung,
rasanya seperti mimpi. Tiba-tiba saja di siang bolong datang sebuah rezeki yag
tak pernah ia duga-duga sebelumnya. Sambil memikir-mikir , istrinya seketika
itu menimpali
“ Udahla mas terima aja,
saya juga udah bosan hidup kayak gini terus” ucap istrinya ketika datang
membawa minum.
“ Gini saja, besok
bapak-bapak datang aja lagi. Nanti saya akan kasih jawabannya.” Jelas karjo.
“ Yah sudah kalau gitu,
kami permisi dulu” Merekapun pamit setelah mendengarkan perkataan karjo tadi.
Keesokan harinya, kedua
laki-laki itu datang lagi. Dan meminta persetujaan karjo.
Tapi karjo masih
berbelit-belit
“ maaf yah mas, karena
saya ini calon anggota legislative yang berasal dari keluarga miskin, tentunya
sebelum-sebelumya kehidupan saya kekurangan. Dan saya tidak mau kalau nantinya
saya sudah menjabat menjadi anggota saya masih memiliki masalah dengan dunia
miskin saya nantinya.”
Mendegar perkataan karjo,
kedua laki-laki itu jadi bingung. “ ssebetulnya maksud mas ini apa?”
“ Maksudnya, saya akan
bersedia menerima tawaran bapak-bapak jika bapak-bapak mampu melunasi
hutang-hutang saya di setiap warung di kampung ini. Gimana apakah bapak-bapak
mampu?”
“ Kalau itu keingina
bapak, kami akan sampaikan dulu dengan atasan kami, tapi besok kami akan
kembali” Ucap keduanya, kemudian beranjak pergi.
Hari ktiga, bapak-bapak
itu datang lagi, dengan tanda lunas semua hutang-hutang karjo termasuk di warteg
milik mpok ija.
“ kami sudah melunasi
hutang-hutang mas Karjo di seluruh kampung ini. Jadi anda pasti sudah bersedia
ikut kami ke kantor?”
“ dengan sangat menyesal
saya mengatakan pada bapak-bapak ini, kalau sebetulnya sejak awal saya tidak
berminat untuk ikut dalam urusan bapak-bapak sekalian. Saya sama sekali tidak
senang dengan dunia perpolitikan. Politik itu licik pak” jelas Karjo “ dan saya
yakin bapak-bapak ini pasti kecewa mendengar pernyataan saya barusan. Tapi
itulah kenyataanya. Saya tidak suka dengan kebohongan, apalagi jika caranya itu
dengan membohongi rakyat. Saya juga tahu alasan atasan bapak-bapak memilih
rakyat bodoh tak berpendidikan seperti saya ini. Jadi sebelum atasan bapak-bapak yang membodohi
saya, saya yang akan lebih duluan megambil untung dari atasan anda, dengan
melunasi semua hutang-hutang saya. Saya sangat berterimah kasih pada
bapak-bapak yang mau meluangkan waktunya untuk mampir di rumah yang tak layak
huni ini” karjo merendah
“ Dan dengan tidak
mengurang rasa hormat, bapak-bapak boleh meninggalkan rumah ini”
Kemudian bapak-bapak
itupun pergi dari rumah karjo,,,,,, belum jauh bapak-bapak itu melangkah sebuah tas besar terlampar dari dalam rumah.
“ Pergi dari sini, saya
sudah bosan dengan mas!” Usir istri karjo, ternyata ia kesal dengan sikap karjo
yang sok kaya tidak menerima lowongan kerja tersebut. Namun apa lacur karjo
telah menolak tawaran tersebut, dan bapak-bapak tersebut telah singgah di salah
satu rumah miskin tak jauh dari rumahnya itu.