Jumat, 26 Desember 2014

Yang kubutuhkan...

Saat ini saya sedang ditemani dengan segelas milo hangat dengan kerupuk tempe...... *agghhh peduli apa?

Malam ini semua sudah kuset baik, cuci muka, makan, menyeduh minuman hangat kemudian kerja tugas, namun kenyataannya tidak seindah itu. Kenapa setiap berhadapan dengan tugas seperti berhadapan dengan musuh? :(
Maunya dimusnahkan saja, atau kalau tidak sanggup yahhh kabur.

Tapi biarlah, malam ini kuurungkan niatku untuk kerja tugas... heheheh
Lets move to blog...

Kau pernah mendengar kalau tangan-tangan tuhan akan selalu ada didekatmu, memegang tanganmu, meraihmu jika kau jatuh, menghiburmu jika kau sedih, menuntunmu jika kau salah, meskipun tanpa kau sadari?

Aku selalu percaya itu, And It Works.

Bahkan sebelum aku meminta, Tuhan telah menghadirkannya duluan.

Suatu hari, aku begitu dirundung sedih. Teman-teman yang sudah kuanggap sebagai saudara satu persatu pergi meninggalkanku, bukan karena benci namun karena itu adalah suatu bentuk kewajiban, juga sebagai tanggung jawab terhadap diri mereka dan untuk masa depan mereka. Kemudian satu persatu dari mereka mulai membina rumah tangga, sedang dengan seorang diri aku mulai berusaha menata hidup tanpa mereka, belajar membiasakan diri tanpa kehadiran mereka, yang selama hampir 6 tahun mewarnai hidupku. 

Karena hidup harus tetap berjalan, bagaimanapun susahnya harus aku lalui. sedikit demi sedikit aku mulai mampu meski masih sering mengingat mereka ketika melewati tempat-tempat yang sering kita datangi bersama. masih sering berharap seandainya waktu bisa diputar kembali, masih sering berharap seandainya mereka semua masih disini... (Meskipun itu tidak akan pernah lagi sama)

Saat memutuskan untuk melanjutkan sekolah, aku mulai khawatir tentang kehidupan pertemananku didalam akan seperti apa. Aku tidak bisa membayangkan ketika semua yang kuharapkan tidak seperti apa yang terjadi. Berharap-harap bisa menemukan kerabat dan sahabat seperti yang kujalin dulu ketika masih di tempat kuliah. Namun semua ketidak pastian itu terjawab sudah setelah perkuliahan berjalan beberapa hari. Dan benar saja, Tuhan selalu memberikan apa yang kita butuhkan, dan orang-orang itu adalah teman kuliah sekarang. 

Dialah sebaik-baik perancang, Dan Aku tidak pernah ragu.



Saat ini, selani punya mereka, aku juga punya "Honey" meskipun dia jauh dari laki-laki romantis tapi aku percaya saat ini dia adalah laki-laki yang kubutuhkan. Bukan yang harus mengantarku kemana-mana karena itu adalah tugas kakakku, namanya wandi. tapi " Honey ", dia yang sering mengingatkanku ketika aku berlebihan bercandanya, ketika aku sering-sering bohong dan kedapatan,. Dia adalah laki-laki idamanku, :) saat ini. Kedepannya aku tidak tau. hihiihih.
Sedang kakaku, yang tidak pernah mengeluh mengantarkanku sampai kemanapun. Aku bersyukur memiliki mereka. 

Tuhan, aku mencintaiMU. Terimakasih atas semua kelimpahan ResekiMu kepada kami semua.


"Tidak mungkin" yang ku "semogakan"

Ada yang bilang, kalau anak gadis tidak boleh tergesa-gesa mengikatkan cinta, yang sama tidak dewasanya.
Kemudian kudalami diriku, apa mungkin itu adalah aku??. coba kutelusuri, lagi dan lagi.. namun kuyakini bahwa, aku bukanlah lagi gadis yang tidak dewasa, meskipun kadang kudapati sikapku masih saja jauh dari dewasa. 
Kemudian dengan keyakinan bahwa aku telah dewasa, dengan cepat kuikatkan cintaku kepadamu, dengan satu tujuan dan satu harapan tanpa pernah mau perduli dengan celotehan orang-orang.

Kau adalah laki-laki yang sedang menyita waktu dan fikiranku sekian tahun ini. Mungkin, bila kujelaskan padamu kau bisa saja jadi besar kepala lalu kau berlaku seenaknya terhadapku.

Kau adalah laki-laki yang membuatku tidak akan berani untuk mencari sandaran yang lain. 

Secinta itukah aku padamu? sehebat itukah kau menghipnotisku? apa mungkin logikaku telah benar-benar terlumpuhkan oleh raga sepertimu..?
Sedangkan kau,,,
Aku tidak tau apa-apa tentang dirimu,
Kau tidak pernah membagi dukamu kepadaku, aku tidak pernah tau apa sesungguhnya yang ada didalam hatimu. Aku bukanlah wanita yang bisa membaca fikiran hanya dengan melihat wajah dan ekspresimu. Terlebih aku tidak bisa membaca hatimu.

Apa mungkin hanya aku yang terlalu serius menanggapi hubungan ini, atau kau yang terlalu santai seperti kata-kata yang sering kau lontarkan padaku. Seandainya kau mengerti bahwa setiap mendengar ucapanmu yang terlalu santai, hatiku selalu ragu dan mulai bertanya-tanya. Mungkin hanya aku yang berlebihan, mungkin hanya aku yang ke geeran, atau mungkin aku yang terlalu tergesa-gesa mengikatkan cinta pada laki-laki yang bahkan masih bingung mencari jati dirinya.

Terlepas dari itu semua, kita hidup harus punya tujuan, harus punya prioritas. Dan jika dari tujuan dan prioritas di hidupmu tidak ada AKU, Cukup kau jelaskan padaku, maka dengan perlahan aku akan melepaskanmu.