Bismillah,
Rasanya baru
beberapa saat tuhan membagi sedikit cintanya kepadamu untuk diriku. Akupun
merasakan kebahagiaan yang luar biasa atas anugrah tuhan yang Dia titipkan
padamu itu.
“ Kau
menyayangiku “ itu yang aku tau, meskipun aku belum pernah mendengarnya
lanngsung dari mulutmu, apalagi kata-kata “ kau mencintaiku “. Tapi aku merasa
sedikit yakin dengan perlakuanmu padaku. Toh, bagiku pernyataan itu tidak
penting, yang penting adalah pembuktianmu padaku bahwa kau memang sedang,
sedang, dan akan selalu menyanyangiku, juga mencintaiku. Seperti halnya diriku.
Rasanya baru
kemarin, rasaku berbalas olehmu, kenapa tiba-tiba kabar buruk kau berikan
padaku datang begitu saja. Kau tau, waktu itu rasanya nafasku terhenti
sepersekian detik mendengar ucapanmu, lidahku kaku, dan ada pilu dalam hatiku yang
tiba-tiba menggeroggos sesaat itu juga. Kabar yang kau berikan sangat
menyakitkan dibandingkan dengan seribu cuek yang engkau lakukan dulu. Kau
bilang padaku untuk tidak usah memikirkannya, itu mungkin bisa saja kulakukan
jika kau bukan siapa-siapaku. Masalahnya kau adalah orang yang sangat berarti
buatku. Apa menurutmu masih bisa untuk tidak kuhiraukan?
Akhir-akhir
ini fikiranku tersita oleh kabar tentang perjodohanmu dengan perempuan yang
berstatus dokter itu. Kau mungkin tidak tahu persis rasanya seperti apa, tapi
jujur itu rasanya menyakitkan buatku. Kau memintaku untuk meyakinkanmu,
sedangkan aku saja tidak yakin akan mampu menghadapi ini semua. Sayang, aku tidak
perlu memberikanmu keyakinan bahwa aku mau terus bersamamu, aku ingin bahagia
bersamamu. Apakah selama ini kau masih ragu padaku?
Jika, selama
kedekatan kita akhir-akhir ini belum juga membuatmu merasa senang, nyaman dan
bahagia. Tolong ajarkan aku bagaimana caranya untuk membuatmu bahagia ny, agar
kau mau tetap bersamaku. Aku akan melakukan apa saja yang bisa membuatmu
bahagia, membuatmu nyaman asal bersamaku. Sayang, aku sungguh, sunggung ingin
menjadi tempatmu untuk pulang. Tempat mu berbagi segala keluh kesahmu. Sayang,
bagamana lagi caranya kujelaskan padamu kalau aku betul-betul ingin bersamamu. Aku
ingin bahagia bersamamu. Aku masih ingin menjadikanmu laki-laki yang membimbingku.
Jadi kau tak
perlu meminta keyakinan padaku, justru kali ini aku yang butuh agar engkau
meyakinkanku bahwa kau juga sedang mengusahakanku untuk bersamamu. Semenjak
kabar perjodohanmu itu, Setiap hari aku memikrkan dirimu, dan takut kalau
akhirnya kebahagiaan ini memang hanya sesaat buatku. Apa mungkin kita
ditakdirkan bertemu untuk berpisah?
Sayang, Aku
mencintaimu.
Setelah
berfikir panjang dan lama, aku berusaha meyakinkan diriku bahwa bagaimanapun
caraku mengharapkanmu, jika takdir tuhan mengatakan tidak. Kau akan tetap
pergi, begitupun sebaliknya. Bagaimnapun kita dijauhkan, jika kita memang
ditakdirkan untuk bersama, maka tuhan yang akan membimbing kita untuk bersama.
Dan akhirnya,,
Sayang,
pernikahan itu bukan hanya menyatukan dua anak manusia untuk bersatu, melainkan
menyatukan dua keluarga besar, dua tradisi yang berbeda, dua kebiasaan yang
berbeda, dan segala macamnya. Karena semua ini menyangkut keluarga besar,
jangan pernah mengambil keputusan dengan dasar egoisme. Aku percaya tidak ada
orang tua yang ingin melihat anakya menjadi tidak baik, semua yang mereka lakukan
adalah yang terbaik untuk anaknya.
Kadang aku
merasa , aku memang tidak pantas menjadi pendangmu sayang. Bukan karena aku tidak
mau, tapi ini lebih kepada martabat keluarga. Kau tau kan keluargaku bukan
keluarga yang hebat, kaya, apalagi keturunan ningrat. Kami hanya keluarga
sederhana ny, yang punya cinta, punya kebahagiaan sederhana. Itu saja. Hidup
kami sederhana, Sedangkan perempuan itu sudah pasti keluarganya hebat, pasti
kaya, bisa jadi juga dari keturunan ningrat. Kalau dibandingkan denganku, sudah
pasti jauh beda, aku hanya perempuan biasa yang punya cinta berlebih padamu, mungkin
juga aku yang terlalu melebih-lebihkan perasaan ini, sedangkan perempuan itu
punya hal yang bisa membehagiakanmu. Cinta, tidak cukup dengan cinta saja sayang,
banyak embel-embel yang menjadi persyaratannya termasuk materi.
Sayang, aku
bukannya menyerah. Tapi aku hanya membuka sedikit logikamu, agar kau mau
berfikir seperti apa keinginan orang tuamu. Aku memang sangat mencintaimu, tapi
aku juga tidak ingin menahanmu, jika masih ada yang terbaik buatmu. Insya allah
ny, kalau memang perempuan itu mampu membuatmu bahagia aku ikhlas, tapi bila
tidak TETAPLAH BERSAMAKU Ny...
“ peremuan
yang benar menyayangimu, takkan meminta harta melimpah, ia
hanya memintamu untuk tidak menyakitinya hati ataupun fisik. “