Aku tidak tau kau kini datang sebagai jawaban atau sebagai ujian untuk
diriku sendiri. Betapa tidak, cinta yang selama ini kujaga hampir
setengah hidupku, tiba-tiba saja datang menyapa.
Aku tidak pernah menyangka kalau hari itu akan datang.
Kau tidak pernah tau bagaimana rasanya memendam rasa dan
rindu kepada seseorang yang tidak pernah menaruh perhatian sedikitpun padamu.
Seandainya kau tahu bagaimana caraku menjaga hati hingga mampu bertahan dengan keyakinanku
sendiri sampai detik ini. Mungkin bila kau diposisiku, kaupun tidak sanggup.
Kau tidak perlu bertanya mengapa rasa itu begitu kuat
padaku, Bukankah tuhan yang menitipkan rasa itu pada makhluknya. Aku pernah
berkali-kali berusaha untuk menguburmu jauh dalam hatiku, ingin melupakanmu,
membencimu. Tapi semakin aku berusaha melakukan itu seperti ada bumerang yang
datang menghampiriku, semua terasa berbalik. Aku yang semula ingin menguburmu
jauh dihatiku malah terus tersimpul kuat dihatiku, ingin kuhapus kau dalam
fikiranku malah tergambar kuat diingatanku. Mengapa semuanya tiba-tiba berubah
menjadi kau, dan kau.
Aggghhh andainya kau tau rasanya,,,
Kadang aku ingin kau perhatikan, kau sayang, kau perlakukan dengan baik
dan aku berpura-pura tidak perduli agar kau tau rasanya jadi aku. Sungguh
menyakitkan.
Aku bahkan heran pada diriku sendiri, mengapa aku masih
mendambakan seseorang yang nyata-nyata hanya lebih sering memberihkan luka di hatiku
meskipun sejatinya ia tak pernah tau bila aku terluka karenanya.
Bagimu aku adalah bayangan, sedang bagiku kau adalah cahaya.
Kamu adalah apa yang selalu aku tulis, Tapi aku adalah apa yang tak
pernah kau baca.
Bagimu aku adalah figuran dalam fikiranmu, sedang bagiku kau adalah pemeran utama dalam fikiranku.
Semakin hari semakin kuat rasa itu padaku, hingga akhirnya
aku semakin terbiasa dengan rasa itu. Rasa yang ternyata akhirnya membuatku
semakin kuat, membuatku belajar bahwa tidak semua yang kita inginkan dapat kita
miliki serta menyadari bahwa memang perasaan tidak dapat dipaksakan. Semakin
hari aku semakin bisa menguasai diri, tidak dengan perasaan.
Entah telah berapa malam kuhabiskan hanya untuk terbangun
dikala malam mengganggu tuhan untuk memintamu berada disisiku, berharap kau
adalah laki-laki yang kelak berdiri satu shaf dihadapanku, menjadi laki-laki
terbaik yang tuhan kirimkan padaku. Entah telah berapa banyak
catatan-catan kecil yang kutuliskan namamu, dan telah berapa banyak cerita yang
kucurahkan pada orang-orang yang bisa kupercaya dan tak satupun dari mereka
yang tidak menyebutku “ gila “. Tak jarang mereka hanya menasehatiku dengan
melupakanmu adalah jalan terbaik, namun percayalah itu adalah pekerjaan yang
paling menyakitkan untukku.
Iya aku menyadari aku gila, karena aku menggilaimu. Aku
tergila-gila padamu, meskipun tak kutahu pada bagian mana dalam raga atau
jiwamu yang kugilai. Mungkin semuanya. Itulah kegilaanku.
Kau tahu? Betapa sakitnya ketika menyaksikan kau sedang
bersama wanita lain jauh disudut sana sedang aku masih sibuk memperhatikanmu,
terlebih ketika aku dapati kenyataan bahwa kau ternyata mati-matian cinta
kepada sahabatku sendiri. Sungguh waktu itu rasanya tak bisa kujelaskan. Ada
bagian dalam diriku yang tiba-tiba hancur, tubuhku lemas, dan tidak tau kenapa
aku menjadi cengeng akhir-akhir itu. Aku menjadi lebih sering menangis. Agghhh
betapa memalukan bukan..
Kau tau bagaimana caraku mengatur nafas agar selalu terlihat
biasa-biasa saja dihadapanmu ketika kita sedang bersama, bagaimana caraku agar
tidak terlihat gugup bila berada disampingmu, dan bila gugup itu datang,
mulutku yang tidak bisa berhenti nyerocos tanpa jedah dengat teman yang lebih
dekat denganku. Mungkin bagimu aku terlalu banyak bicara, itu kulakuan bila aku
gugup disampingmu. kalau tidak aku akan diam tanpa kata. Hanya itu yang bisa
aku lakukan. Bila kau pernah memperhatikanku, mungkin kau pernah menyadarinya.
Kau tau detak jantungku yang rasanya berdetak lebih kencang tak beraturan bila
semuanya telah menyangkut dirimu. Apakah kau menyadari aku rela melakukan apa
saja asal ada dirimu, walaupun kau juga melakukan hal sama, bedanya alasanmu
dan alasanku pada orang yang berbeda. Aku menharapkanmu, sedang kau
mengharapkan dia? Bukan kah begitu?. Kegiatan apapun bila kutau ada dirimu aku
pasti mau ikut, acara apapun bila ada dirimu aku pasti datang. Setiap kutahu
dirimu sedang ada waktu aku selalu berusaha untuk ngumpul agar ketemu kamu. Aku
bukan tipe cewek manja yang harus tergantung dengan orang lain [kecuali kakakku],
aku bisa melakukan sendiri, tapi bila kutahu ada kamu aku selalu berusaha cari-cari
alasan agar kamu yang mengantar atau sekedar menemaniku.
Pernahkah kau sedikitpun menaruh perhatian padaku selama hampir 6 tahun
ini?
Agghh, rasanya baru kemarin aku tergila-gila padamu, ternyata sudah
selama itu.
Aku mencintaimu,
Meskipun kadang aku sedikit lelah mencintaimu sendirian.
Tadinya kufikir rasa ini biar aku bawa sendiri hingga
perpisahan itu benar-benar tiba. Aku sudah siap. Kuyakinkan dalam diriku bahwa
ini hanya masalah waktu, toh nanti seiring dengan jarangnya kita bertemu rasa
itu akan terkikis dengan sendirinya hingga hilang tak berbekas dihatiku.
Meskipun kutahu itu tidak akan mungkin sepenuhnya. Hati itu ibarat kertas
gambar, sekalipun tulisannya telah dihapus, namun bekasnya kan tetap ada.
Begitupun kau dihatiku. Aku juga selalu berharap ketika dengan datangnya cinta
yang lain akan dengan mudah menghapusmu dari ingatanku, nyatanya tidak semudah
itu.
Kau tahu, bulan 12 kemarin sebetulnya aku dijodohkan dengan
seseorang pilihan ibuku, laki-laki itu beda 5 tahun denganku, pekerjaannya
adalah PNS di salah satu sekolah di barru. Rencananya aku akan dinikahkan
bersamaan dengan kakakku yang akan menikah bulan januari kemarin. Setelah
bertemu dengan laki-laki itu, kenapa yang masih kuat adalah dirimu. Kupaksa
menerima laki-laki itu namun nyatanya tidak bisa. Aku hanya memikirkan dirimu,
hingga ketika keluarganya hendak datang kerumah menentukan taggal pernikahan
aku memutuskan untuk tidak menyetujui perjodohan itu.
Aggghhh,, kau tahu waktu itu rasanya dunia sedang tidak
berpihak padaku. Semua menyalahkanku, hingga akhirnya berusaha kuberi
penjelasan kepada semuanya, entah keyakinan apa yang membuatku seberani itu.
Yang kutahu waktu itu aku sedikitpun tidak tertarik dengan laki-laki itu, aku
hanya menginginkanmu, Tapi aku juga tidak mungkin senekat itu bila tanpa ijin
dariNya, aku tidak pernah berhenti berdoa dan meminta petunjuk padaNya, dan aku
yakin ini memang yang terbaik dan laki-laki itu bukan untukku, dan anehnya
setelah itu semuanya berjalan dengan baik, tanpa ada sedikitpun penyesalan
dalam diriku. Lega rasanyaaa..
Aku memang mencintaimu, tapi aku lebih mencintai penciptaku.
Hanya dia saingan terberatmu,, hehehehe
Aku menceritakan ini bukan bermaksud agar kau mengasihaniku, tidak! Aku
hanya ingin menjelaskan kalau aku betul-betul mencintaimu.
Kini setelah aku berusaha untuk menepismu dalam hidupku,
mengapa tiba-tiba kau datang lagi membuka semua tabir luka yang sudah ingin
kulupakan. Namun kali ini berbeda kau lebih bersikap manis padaku, setidaknya
ku tau ketika kau mulai menghubungiku dengan gelagat yang berbeda. Awalnya
kuanggap biasa-biasa saja, kau menyapaku aku menerimanya. Kau menghubungiku
akupun tak pernah tidak membalasnya. Hingga akhirnya hatiku makin tidak karuan,
bertanya-tanya apa maksudmu kali ini. Kadang kau menghubungiku begitu lama
hingga aku kadang besar kepala, kemudian menghilang lagi. Aku jadi berfikir,
kau ini berlaku seenaknya saja padaku, apakah kau tahu kita tidak boleh bermain-main
dengan perasaan. Tapi kebingunganku akan dirimu itu tak kunjung juga
kuungkapkan. Entah mengapa kalau sudah bersamamu semua kosa kata yang ada
diotakku seakan menghilang. Yang ada hanya seribu diam yang datang menghampiri.
Ohh ayolah, rasanya ingin teriak kala itu. Hingga suatu malam kau tiba-tiba
berura “ suka padaku “... Aku tidak akan
mungkin percaya begitu saja, Suka? Sejak kapan? Sejak kemarin? Atau sejak kau
mulai rajin memnghubungiku. Itu berarti baru beberapa hari yang lalu, fikirku. Namun
kusambut itu dengan baik, setidaknya kau memberikan sedikit makna pada usahaku
selama ini menjagamu dihatiku.
Aku bahagia, bahagia sekali tapi di satu sisi aku juga
khawatir. Jangan-jangan itu hanya perasaan sesaatmu saja. Aku takut kalau itu
benar adanya,
Oleh karena itu aku selalu mengingatkanmu melalui pesan
singkat yang kadang ku kirim untukmu.
Aku tidak pernah mendengarmu megucapkan cinta atau sayang
padaku secara langsung, mungkin kau tipe laki-laki yang memang agak tertutup,
sekalipun denganku.
Aku hanya berharap kau saat ini sedang benar-benar jatuh cinta padaku,
bukan berpura-pura mencintaiku.
Kadang aku masih ragu padamu. Yahh itu pribadiku, aku tidak
begitu cepat percaya pada laki-laki untuk urusan yang satu ini. Aku terlalu
takut untuk disakiti, apalagi kalau aku tahu kalau kau adalah orangnya.
Kau tahu, hal yang paling aku benci adalah ketika kau harus tau kalau
aku sangat mencintaimu. Hal yang paling kusesalkan mengapa harus aku yang
mengalami perasaan ini padamu. Mengapa bukan orang lain saja. Hal yang paling
menyakitkan saat kau tak pernah perduli padaku. Dan hal yang paling kutakutkan
bila lagi, lagi kau orang yang akan menyakitiku.
Jadi sebelum semuanya jauh, aku sangat memohon kepadamu agar
kau betul-betul meyakinkan hatimu bahwa “ aku yang kau pilih dan aku adalah
tempat untuk kau pulang “.
Aku percaya, kalau ini adalah bagian dari rencana Tuhan. Pun
bila aku bukan menjadi akhir perjalananmu aku tidak akan kecewa, karena mungkin
memang kita tidak ditakdirkan untuk bersama. J
Sekalipun aku tidak pernah berhenti memintamu kepada
penciptaku,
Aku ingin kau menjadi laki-laki yang berdiri satu shaf didepanku.
Someday,, I'll make you think
" No other women is more everything than me "
Why??
Because Of....
Halal means, " Ana Uhibbuki Fillah "